Dampak Teknologi..! Cegah Anak Anda Kecanduan Gadget

Gaya Hidup - Tak bisa dimungkiri pesatnya kemajuan teknologi ikut membentuk karakter anak-anak, khususnya remaja. Bahkan anak-anak di desa yang dulunya hanya mengenal permainan tradisional seperti galasin, lari bakiak dan egrang, kini semakin banyak yang kecanduan gadget.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Ambar Rahayu mengatakan, derasnya arus globalisasi tidak diimbangi benteng diri yang cukup kuat. Padahal perilaku negatif anak zaman sekarang turut dibentuk kemajuan teknologi. Sementara norma sosial, budaya, dan religi yang dulunya efektif, makin lama makin tergerus.

“Globalisasi dan digitalisasi begitu deras, jika anak-anak tidak bisa memilih mana yang benar dan salah atau tidak mampu membentengi diri sendiri, maka mudah terperosot,” kata Ambar Rahayu pada pemilihan Duta Genre 2016, baru-baru ini.

Sebuah survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) di 2016 menunjukkan, sebagian besar waktu luang anak habis untuk bermain gadget atau handphone. Pemakainan gadget 70 persen untuk chatting, 20 persen mengunduh tugas sekolah, dan sisanya berkomunikasi dengan orangtua, seperti meminta jemputan atau pulsa.

Riset Asian Parent juga tak kalah memperihatinkan. Sebanyak 99 persen anak lebih suka menghabiskan waktunya bermain gadget saat di rumah, 71 persen sibuk sendiri dengan gadget saat bepergian, 70 persen di rumah makan, 40 persen di rumah teman, dan 17 persen saat jam istrahat di sekolah.

Namun Ambar Rahayu masih yakin kondisi ini belum terlambat diperbaiki. Menurutnya, orangtua adalah pemegang kontrol utama anak, di samping masyarakat dan pemerintah. Untuk mengontrol, orang tua harus mengikuti perkembangan teknologi mulai dari penggunaan gadget sampai dampak yang ditimbulkan. “Anak masa kini hidup di zaman yang berbeda dengan orang tua. Sedapat mungkin ikuti dan mengerti dunia mereka, jangan selalu dipaksakan mengikuti kemauan orang tua,” kata Ambar.

Menurut Ambar, orangtua harus berperan sebagai katalisator bagi semua informasi yang diserap anak. Membimbing mereka menggunakan internet secara bijak, melarang dan menjelaskan dampak negatifnya. Pasalnya, anak membutuhkan bimbingan dan informasi yang lengkap dari yang didapatnya melalui internet.

Jika mereka mendapat pemahaman yang tidak utuh akan mendorong perilaku negatif yang disebut BKKBN sebagai Triad KRR, yaitu melakukan seks pranikah, menikah muda serta penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

Salah satu upaya BKKBN untuk mengedukasi remaja adalah kegiatan pemilihan Duta Genre. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Duta Genre 2016 lebih menekankan pada revolusi mental.

No comments:

Write a Comment


Top